Rabu, Februari 10, 2010

SUBSIDI FISKAL UNTUK PENINGKATAN SARANA TRANSPORTASI MASSAL DI KOTA BEKASI

Pada tahun 1998, saya mulai tinggal di Bekasi. Setiap pagi berangkat dari rumah jam 06.00 WIB. Melalui jalan Kalimalang dan Caman, akhirnya masuk jalan tol. Sampai kantor sekitar jam 06.45 WIB. Masih bisa baca koran sebelum memulai aktivitas di kantor pukul 07.30 WIB.

Tahun 1999-2001 ditugaskan ke Balikpapan. Pulang dari Balikpapan, kembali ke aktivitas rutin. Tapi mulai ada yang berubah. Berangkat tetap jam 06.00 WIB, tetapi sampai kantor sudah sekitar jam 07.30 WIB. Selain itu, kepala sering pusing. Jadi kalau pulang, sampai rumah cuma bisa tidur.

Ok, sekarang berangkat jam 05.30 WIB. Sampai kantor jam 06.30 WIB. Terus jalan-jalan sebentar sekitar kantor minimal 3 kali seminggu. Badan jadi lebih sehat. Tapi kok masih sering sakit kepala.

Coba cara yang lebih aneh. Dari rumah nggak mandi. Sampai kantor, rebutan sama satpam, buru-buru masuk kamar mandi. Setelah mandi, jalan-jalan sekitar kantor. Lumayan badan lebih seger. Tapi kepala masih sering pusing.

Alhirnya pada kesimpulan bahwa sudah nggak kuat menyetir sendiri. Harus pakai supir. Tapi masalahnya penghasilan nggak cukup buat bayar supir. Mana anak minum susunya kuat bener, sementara harga susu naik terus. Ya, udah. Setelah cari informasi sana-sini, beralihlah ke omprengan.

Berjalan kaki ke tempat omprengan, pilih omprengan terbaik, dan tidurlah saya dengan nyenyak digoyang-goyang mobil omprengan nan nekat itu. Sampai di depan jembatan penyeberangan Depnaker turunlah aku dan berjalan kaki ke kantor. Ternyata cara ini cukup ampuh. Kepala tidak lagi sering sakit. Alhamdulillah.

Sekarang, saya lebih nyaman lagi. Naik Trans Galaksi. Wuih, enaknya. Jalan kaki sebentar, tunggu di pinggir jalan. Setelah melambaikan tangan kepada kernet Trans Galaksi, naiklah saya. Setelah duduk sekitar 15 menit, maka kembalilah ke ritual tidur nyenyak digoyang bus yang full AC dan full music (walau kadang lagunya jadul banget).

Dari segi kesehatan, badan saya lebih sehat. Sampai-sampai teman saya heran karena pada bulan Ramadhan muka saya nggak kelihatan pucat karena puasa. Terang aja, khan. Tidur di bus, pules lagi. Sampai terkadang hampir keterusan.

Dari segi keuangan, jelas keuangan saya juga lebih sehat. Kalau naik mobil, saya harus beli bensin minimal 4 liter, plus tol, plus parkir. Nilainya sekitar Rp. 45.000 perhari. Belum anggaran perbaikan mobil yang biasanya Rp. 500.000 per bulan.

Kalau naik angkutan umum, uang yang saya keluarkan hanya sekitar Rp. 25.000 perhari. Jadi ada selisih Rp. 20.000 perhari, atau sekitar Rp. 400.000 per bulan. Lumayan bukan?

Itu dari saya pribadi. Kalau di Bekasi ada seribu orang aja yang beralih dari mobil pribadi ke angkutan umum, maka dapat diasumsikan penghematannya adalah Rp. 400 juta per bulan atau Rp. 4,8 milyar setahun. Sebuah dana yang akan meningkatkan pembangunan Bekasi dan Indonesia apabila disimpan di bank dan dipergunakan untuk pembangunan infrastruktur transportasi. Hasil pembangunan infrastruktur transportasi akan semakin meningkatkan pembangunan Bekasi melalui peningkatan daya saing untuk menarik investasi. Selain itu, dengan transportasi yang lancar dan efisien akan menekan harga kebutuhan sehari-hari sehingga mampu meningkatkan daya beli masyarakat Bekasi.

Saya bersyukur mendengar program pembangunan kereta api untuk MRT (mass rapid transit) di tahun 2010 akan dimulai dari jalur Cikarang – Balaraja. Selain itu ada rencana memperluas jalur busway hingga ke Bekasi Timur. Hal ini akan memperlancar transportasi jutaan warga Bekasi yang tiap hari beraktivitas di Jakarta.

Itu semua program pemerintah dengan menggandeng mitra dari luar negri (untuk MRT) dan mitra dalam negri (untuk bus Transjakarta).

Menurut saya, ada hal tersebut masih kurang. Tidak semua warga berada dekat dengan jalur MRT dan busway. Akibatnya, masih terjadi ketidakefisienan dan ketidaknyamanan bagi warga yang tinggal jauh dari jalur MRT dan busway. Akibatnya, mereka masih akan cenderung memilih untuk memakai mobil pribadi.

Untuk jangka pendek, saya mengusulkan agar Pemerintah Daerah Bekasi memberikan subsidi fiskal yaitu dengan memberikan kemudahan bagi para pemilik angkutan umum pengumpan (angkot) untuk memperbaharui armada mereka. Subsidi tersebut antara lain berupa:

1. pembebasan biaya perijinan

2. pengurangan pajak kendaraan

3. pinjaman lunak untuk memperbarui armada.

Dengan subsidi tersebut diharapkan angkot yang beroperasi di Bekasi akan lebih nyaman. Para pemilik mobil pribadi pun tidak segan untuk beralih ke angkot. Apalagi kalau ada angkot full ac dan full music. Pasti mantab !!!!

Kalau pemakaian kendaraan pribadi dapat ditekan, pasti Kota Bekasi yang kita cintai ini akan semakin nyaman dan sehat. Hidup Bekasi.



1 komentar:

  1. woow... Ide yang bagus tuh Pak.. Saya setuju.. Cape juga setiap hari menghabiskan berjam2x di jalan. Semoga sarana transportasi umum di bekasi bs lbh di tingkatkan.

    BalasHapus